Kamis, 16 Oktober 2025

Follow us:

infobrand
11th INFOBRAND

Strategi Membangun Brand Top of Mind di Era Digital: Belajar dari Prof. Agus W. Soehadi

Prof. Agus W. Soehadi ungkap strategi menjadi brand Top of Mind melalui keotentikan, inovasi, relevansi budaya, dan storytelling yang kuat.

Strategi Membangun Brand Top of Mind di Era Digital: Belajar dari Prof. Agus W. Soehadi Prof. Agus W. Soehadi saat memaparkan strategi “Branding Menjadi Top of Mind” dalam The 31st INFOBRAND Forum 2025 di Hotel Sultan Jakarta.

INFOBRAND.ID, Jakarta - Dalam era persaingan bisnis yang kian dinamis, menjadi brand Top of Mind tidak lagi sekadar soal dikenal luas, tetapi bagaimana merek mampu relevan secara budaya, otentik secara identitas, dan inovatif dalam strategi. Hal itu disampaikan Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Marketing Professor Universitas Prasetiya Mulya, dalam seminar The 31st INFOBRAND FORUM 2025 bertema “Strategi Branding Menjadi Brand Top of Mind” di Hotel Sultan, Jakarta, pada 7 Oktober 2025.

Menurut Prof. Agus, kunci utama membangun brand Top of Mind terletak pada tiga aspek: keotentikan (authenticity), inovasi (innovation), dan strategi brand (brand strategy) yang solid. Di tengah pasar yang kian padat dengan brand baru, perusahaan dituntut memiliki strategi yang cerdas, kreatif, dan mampu menciptakan tipping point — momen strategis yang mendongkrak popularitas secara signifikan.

“Managing Tipping Point menjadi hal penting. Karena di era kompetisi ini, tampil berbeda saja tidak cukup. Dulu perbedaan warna bisa menonjolkan brand, tapi sekarang semua pemain tampil beragam. Dibutuhkan konsep yang kuat dan orisinal agar bisa menonjol di tengah pasar,” ujar Prof. Agus.

IKLAN INFOBRAND.ID

IBOS EXPO 2025

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa strategi branding modern tidak bisa lagi hanya berfokus pada diferensiasi visual, tetapi harus membangun relevansi emosional dan budaya (cultural relevance) dengan target audiens, terutama generasi muda seperti Gen Z.

IKLAN INFOBRAND.ID

TOP INNOVATION CHOICE AWARD 2025

Cultural Relevance dan Storytelling yang Otentik

Dalam presentasinya, Prof. Agus menjelaskan bahwa brand yang kuat adalah brand yang memahami konteks budaya konsumennya. “Viral brands don’t just sell products; they sell a cultural statement,” tulisnya dalam presentasi. Artinya, brand perlu hadir bukan hanya untuk menjual produk, tetapi juga membawa nilai dan makna yang selaras dengan gaya hidup audiensnya.

Ia mencontohkan Macan Ria, brand f&b lokal yang berhasil mengubah produk sederhana menjadi pengalaman emosional yang relevan dengan generasi muda. Melalui konsep berbagai aktivitas kreatif yang dikompetisikan, brand ini tidak hanya menjual produk, tetapi juga menghadirkan experience yang membangun keterlibatan (engagement) dengan audiens.

Pendekatan tersebut menunjukkan bahwa storytelling bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jembatan emosional yang membentuk koneksi antara brand dan konsumen.

IKLAN INFOBRAND.ID

JASA PRESS RELEASE

Kampanye Kreatif dan Inovatif Jadi Kunci

Selain storytelling, Prof. Agus juga menyoroti pentingnya kampanye kreatif dan inovatif untuk memperbesar market size. Ia mencontohkan brand Anlene dengan kampanye legendarisnya, 10.000 langkah, yang sukses memperluas pasar susu berkalsium tinggi.

“Contoh klasik kita bicara mengenai Anlene ya, sampai sekarang masih relevan terus, Bu, ya. Campaign 10.000 langkah, buat aktivitasnya, dan kita kompetisikan. Ini kan sudah lama ‘10.000 langkah’, ini initially didevelop oleh tim dari Indonesia, Anlene Indonesia untuk develop konsep campaign ini,” jelasnya.

Menurut Prof. Agus, strategi kampanye semacam ini bukan hanya soal promosi, tetapi menciptakan gerakan sosial yang mengundang partisipasi publik. “They join the movement,” ujarnya.

Kampanye inovatif juga mendorong keterlibatan (engagement) dan loyalitas konsumen karena mereka merasa menjadi bagian dari cerita besar yang dibangun oleh brand tersebut.

Menghubungkan Titik dan Melibatkan Konsumen


Di bagian akhir paparannya, Prof. Agus menegaskan pentingnya kemampuan connecting the dots — menghubungkan berbagai insight dari lapangan menjadi ide baru yang relevan. Ia menekankan bahwa marketer perlu rajin turun ke pasar, berdiskusi dengan konsumen dan mitra bisnis untuk menemukan inspirasi otentik.

“Ini enggak bisa biasa-biasa aja... Asal Bapak Ibu ngulik rajin develop atau ke lapangan diskusi dengan customer, diskusi dengan mitra kita untuk comer dengan satu idea,” ujarnya.

Dengan memahami konsumen secara mendalam dan melibatkan mereka dalam proses inovasi, brand dapat membangun hubungan yang lebih kuat, meningkatkan kepercayaan, dan memperkuat posisinya di benak masyarakat.

Membangun brand Top of Mind bukan lagi tentang siapa yang paling sering muncul di media, tetapi siapa yang paling bermakna di hati konsumen. Melalui strategi yang otentik, relevan secara budaya, dan inovatif dalam pendekatan, brand dapat menciptakan pengalaman yang tak terlupakan — sekaligus memenangkan loyalitas jangka panjang.


Share This Article!

Video Pilihan dari INFOBRAND TV